cepen perdana karya ku :)

ini cerpen pertama ku yang aku publikasi kan selamat membaca yah :)

SKETSA ILALANG DI UFUK SENJA

oleh : Endah Purwandani


Pagi ini burung-burung tak henti berkicau persis seperti orkestra lengkap dengan composer yang memegang tongkat sebagai pemandu.Apalagi burung beo peliharaan ayahku tak lelah bersenandung “ selamat pagi…. Selamat pagi…”.Suara nyaringnya seolah menjadi alarm pengganggu tidurku .Namun suara ibuku mengalahkan nyaringnya beo ayah.Tinggi suaranya sekitar tujuh oktaf selalu tak pernah seirama dengan tempo bicaranya.Belum lagi ditambah tangan basahnya yang selalu mengusap wajahku setiap pagi.Sungguh cara membangunkan yang eksterm menurutku.Dengan langkah gontai,ku tapaki ruangan seisi rumah .Membiarkan semua orang merasakan kehadiranku.Setelah ritual berkeliling selesai kuhampiri ayam jago kesayanganku. George namanya.Sengaja kuberi nama seperti orang barat, karena setiap pagi dia selalu berkokok dengan nada tak jelas. Sama seperti pembicara asli bahasa Inggris. Sarapan George pagi ini adalah sepotong tori tawar lengkap dengan selai stoberinya.Jatah sarapanku memang selalu kuberikan kepadanya. Maklum saja aku sedang dalam program diet  ketat. Setelah selesai aku berjalan mengendap – ngendap menuju ke kamar lagi. Perasaanku mengatakan akan terjadi sesuatu yang buruk pagi ini.
***
Hari ini di kampusku sedang menyelenggarakan ujian tengah semester jadi harus pagi supaya tak terlambat. Ku kenakan celana jeans hitam,kaos hitam berbalut blezzerd merah lengkap dengan jilbab coklat yang cocok dengan tas dan sepatunya. Sebab kerapian adalah hal utama yang menjadi penilaian dosen mata kuliah “Landasan Pendidikan”.Bagaimana tidak? Memilih jurusan ilmu pendidikan dan keguruan program studi bahasa Inggris memang selalu mengharuskan kami para mahasiswa mengenakan pakaian rapi sama seperti seorang guru. Sebenarnya guru adalah cita-cita kedua.Berhubung keinginanku untuk menjadi dokter anak harus kandas karena gagal lulus seleksi disalah satu perguruan tinggi negeri di kotaku. Ku langkahkan kaki dengan mantap keluar rumah dengan semua persiapan yang telah aku lakukan semalam. Kali ini listening menjadi mata kuliah pertama yang mengadakan ujian tengah semester. Dimulai dengan mengisi begitu banyak titik titik disoal yang native speakernya cepet banget.Disusul dengan menyanyi.Bagian ini yang sebenarnya sangat aku siapkan semalam. Suara emasku harus ku perdengarkan disini.Dengan penuh harap semoga saja tidak akan merusak organ pendengaran orang lain.Oke music  ,miss J
            I’m a big big girl in a big big world
            It’s not a big big thing if you leave me
            But I do do feel,that I do do will miss you much,miss you much
Prook.. Prook…Prook suara gema tepuk tangan mengalun mengantarkan ku kembali ke tempat duduk. Setelah ini aku akan singgah sebentar untuk mengisi perut dirumah salah satu temanku.Jaraknya hanya sekitar 30 meter dari kampusku. Seperti biasa ku kirimkan sms kepada belahan jiwaku.
            “Sayang, kamu udah bangun belum.Kalau udah jangan lupa sarapan yah J
Namun tak ada respon.Ku pikir dia masih belum bangun. Kuputuskan untuk menelpon saja nanti setelah makan.Toh semenjak dia bekerja shif kami jarang berkomunikasi dipagi harii seperti dulu lagi.Ku rasakan ada sesuatu yang berbeda dari nada bicaranya saat itu. Ada getaran kebimbangan disetiap katanya. Belum lagi aturan diksi yang sungguh berbeda semakin membuatku merasa ada sesuatu yyang terjadi.Ku beranikan diri untuk menanyakan apa sebenarnya yang terjadi.Sungguh jawaban mengejutkan keluar dengan lancer dari bibirnya. Seolah kata – kata itu telah dirangkai dalam jangka waktu yang lama.  Nafasku mendadak terasa sesak. Air mataku pun tak tertahan. Ingin rasanya ku katakan aku tak mau... aku tak mau berpisah darimu.Ingin segera ku maki dia namun semuanya membeku didalam otakku saja. Dengan mudahnya dia mengatakan untuk mengakhiri hubungan yang telah kami bina selama satu tahun lebih. Bukan waktu yang singkat untuk dilupakan. Begitu banyak momen yang tak pernah bisa aku lupakan seakan menyeruak naik kepermukaan otakku. Semua ingin meluap dari batas tengkorak kepalaku. Ku hela nafas panjang lalu segera ku matikan telepon genggamku. Waktu seakan terhenti untukku. Aku tak ingin teman-teman melihat bulir-bulir air mataku sebab aku baru saja membanggakannya. Mengatakan bahwa dia pasti akan menjadi orang pertama yang akan kuberitahu jika terjadi sesuatu padaku. Ku berlari ke kamar mandi sama seperti apa yang selalu aku lakukan jika merasa sedih dirumah. Ku  bantingkan pintunya hingga engselnya  hampir terlepas. Aku berteriak sejadi-jadinya dibak supaya aku lega dan ku pastikan tidak ada yang mendengar. Hingga akhirnya aku merasa bahwa aku sudah mampu untuk menanggung semuanya sendiri. Aku keluar dan terdiam. Aku memikirkan detail dari kata-kata yang keluar dari mulutnya. Ku pahami satu persatu hingga ku tarik kesimpulan.Oke intinya keluargaku yang bersalah dan secara tidak langsung dia menyalahkanku. Aku  tak mau ambil pusing untuk saat ini  sebab pukul 13.00 WIB nanti aku akan mengerjakan soal UTS dari pelajaran tersulit.Aku harus fokus untuk itu gumamku dalam hati.Namun tak dapat ku pungkiri jika hal itu terus saja mengganggu pikiranku.
            Ku selesaikan soal UTS mata kuliah landasan pendidikan dengan sekuat tenagaku.Ku tekan diriku hingga batas terakhirnya.Sambil terus berharap nilai pertamaku ini tidak akan mengecewakan. Ku telusuri setiap fakultas dengan wajah menunduk. Aku   masih belum berani menatap kenyataan yang sedang menghampiriku. Akhirnya aku tiba di istana terindahku dahulu. Namun kini kamar kecil itu telah menjadi sebuah tempat sangat menyakitkan bagiku. Ku tanggalkan satu persatu bingkai dan pajangan yang selama satu tahun ini tertempel rapi dipojok kamar ku.Ku tatapi satu persatu goresan tangannya sendiri yang dulu dibuat hanya untukku. Ku masukkan satu persatu pajangan itu kekotak sambil terus berharap akan ada perubahan pada hatiku selanjutnya. Namun tangisku kembali pecah saat aku tatap boneka pink yang telah berubah warna menjadi cokelat.Boneka yang dahulu menjadi tempatku meneteskan air mata saat sakit dikepala mmenghantui, saat aku merindukannya. Kado ulang tahunku yang ketujuh belas yang sangat mengesankan itu juga ikut ku masukkan kedalam kotak.Rasanya aku tak akan pernah sanggup melihat itu setiap aku kembali ke kamar ini. Ku pendam semuanya sendirian.Hanya aku dan Allah swt yang tahu tentang apa yang sedang aku rasakan dan pikirkan.
            Hingga akhirnya tubuh mungil ini tanpa kusadari hilang kendali.Sakit kepala hebat itu kembali  menghantui dan kali ini aku harus angkat tangan menahannya. Tubuhku seperti melayang setelah itu aku tak tahu apa yang terjadi.Aku sudah terbaring dilantai.Ku ambil kesimpulan bahwa tadi aku pingsan. Aku kembali bangkit dengan niat berbeda.Aku harus bisa melawan sakit ini juga menerima kenyataan ini. Sakit yang tak pernah ku beritahu kepada orang lain selain dia. Bahkan ibu dan ayahku tak pernah tahu kalau aku selalu mengidap sakit kepala hebat.Aku hanya memendamnya bersama dia sebab aku tak mau ayah dan ibuku mencemaskanku.Aku sudah cukup menyusahkan mereka jadi aku tak ingin semakin membebani mereka.Ku tatap butir-butir hujan di ilalang depan rumahku. Disana biasanya dia menyapaku sebelum dia tiba dirumahku. Senyum khasnya selalu terpancar indah disana. Ku pejamkan mataku membuat tanganku perlahan menggoreskan tinta emas di sebuah kanvas polos.Ku bayangkan semua kenangan yang terjadi selama satu tahun bersamanya. Kami berjanji akan selalu bersama selamanya.Tapi kenyataannya dia sekarang tak mungkin bersamaku lagi.Lantunan suara merdu sambil menyanyikan lagu kesukaanku setiap malam jika dia sempat. Lagu yang selalu saja bisa meredakan hatiku disaat aku terbakar amarah atau rapuh karena sakit kepala berkepanjangan ini.
            Akhirnya sebuah sketsa wajah tercipta dengan latar ilalang yang menguning.Itu pemandangan yang selama ini aku ingin kunjungi namun hingga akhir hubungan kami tak dapat ku realisasikan.Biarlah keinginan itu ku pendam dalam hati saja biarkan angin membawanya pergi nanti.Ku putuskan dalam hatiku tekad kuat untuk meninggalkan kota tercinta yang penuh kenangan ini. Berada disini seakan membawaku dalam sebuah lubang hitam.Hingga akhirnya aku diberi kesempatan untuk merintis karir di luar kota ini.Paling tidak sedikit melegakanku.
            Namun semua terasa berbeda disebuah senja di ladang ilalang yang menguning.Akhirnya ku temukan pemandangan itu disini.Sebuah ketenangan untuk mengaku kalah kepada penyakit ini.Aku tak pernah tahu penyakit yang selama ini menggerogoti saraf diotakku.Namun berdasarkan informasi yang aku cari,gejala yang ku alami sama seperti kanker otak.Aku tak ingin memvonis diriku sendiri.Ku putuskan untuk mengubur sketsa wajahnya di ilalang yang menguning disaksikan  ufuk senja.
Aku kembali ke sebuah rumah kontrakkanku yang sempit.Ku buka sebuah web tentang kanker otak.Aku ingin mengetahui lebih lanjut tentang penyakit itu.Biar aku sendiri saja yang tahu.Hingga mataku menatap remang sekitar dan jatuh pingsan kembali.Setelah dihitung- hitung sudah lebih dari sepuuluh kali aku mengalami hal seperti ini.Sempat tersirat dalam hatiku dimana dia dia yang berjanji akan menjagaku hingga akhir pengorbananku menyembunyikan penyakit ini.Namun sedikit pun tak pernah ku beri kabar sedih ini padanya.Sebab aku hanya akan MEMBEBANINYA  saja. Tak ku biarkan waktu luang dalam hidupku untuk memikirkan dia yang bahagia bersama penggantiku disana.Ku sibukkan diriku dengan memberikan pelajaran tambahan bahasa inggris bagi anak – anak yang tidak mampu dikota itu setelah pulang dari kantor.Canda mereka selalu membuatku mampu melupakan semua kesedihan didalam hatiku.Tanpa disangka Allah berkehendak lain.Tubuhku mendadak seperti tersentak.Seolah ada sesuatu  yang memaksaku untuk keluar.Sakit kepalaku kini telah mencapai tingkat tertinggi.Namun masih aku sempatkan diri untuk menulis sebuah surat.
Jika aku telah tiada nanti ayah dan ibu jangan pernah menangisi kepergianku.Aku pasti akan tenang disana.Tolong beritahu Maman ada lukisan sketsa wajahnya disebuh kebun ilalang kuning dikota ini.Berikan itu padanya dan katakan TERIMA KASIH. Telah menjagaku dulu,selama sakit ini ku rasakan.Jangan salahkan dia.INI SALAH KU.
Mendadak napas ku terhenti.Ini adalah akhir dari semua perjuangan ku.Terima kasih untuk janji mu yang akan menjaga ku selamanya.Semoga nanti kau akan selalu bahagia dengan apa yang kau hendaki.Berhentilah menangis dasar cengeng kata-kata yang selalu membangun ku untuk bangkit.Anak-anak maafkan Miss , miss harus pergi.Semoga semua ilmu yang telah Miss berikan kepada kalian dapat dimanfaatkan.Gundukan tanah merah itu masih segar saat maman  menerima surat yang ditulis langsung oleh Wanda. Tangis nya pecah saat dia temukan sebuah gambar SKETSA WAJAHNYA dengan background ilalang kuning dan matahari senja. Ada secarik surat lagi di tepi kanvas itu.
TERIMA KASIH TELAH MAU BERJANJI BERSAMAKU SELAMANYA.SILAHKAN LANJUTKAN HIDUPMU DENGAN SENYUM.LUPAKAN AKU. TERIMA KASIH JUGA TELAH MAU BERJANJI MENJAGA KU SELAMANYA (walaupun tidak terealisasi ). HAHAHAHAHA :P
Sketsa Ilalang di ufuk senja itu akan menjadi bukti betapa setiap perbuatan yang Maman lakukan untuk Wanda selalu dia ingat. :)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

surat untuk akhi

Mau Jadi Guru Profesional, Yuuuk simak keseruan Program Pendidikan Guru jaman now !