Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2013

Saksi Penyatuan

Gambar
hanya ilustrasi belaka :) Desiran ombak pantai malam ini menjadi pengiring kegusaran hati. Sesuatu yang pertama kali kurasakan. Jelas ini jauh lebih rumit dibanding rumus simpangan gelombang. Seorang albert einsten saja mungkin akan gundah gulana jika mengalaminya. Pantulan cahaya rembulan di pantai itu seolah cermin wajahmu. Bersinar wajah cantik lengkap dengan sesimpul senyum yang merekah. Kau tak ubahnya seperti bidadari yang Allah kirimkan untukku.                 Saat pertama kalinya ku beranikan diri mengangkat kepala dan menatap wanita,mataku hanya   tertuju padamu. Dibalik hijab biru,kau tersipu malu. Tersenyum menutupi kekaguman pada kaum adam di hadapanmu. Dengan apiknya kau balut rasa yang sebenarnya sama denganku. Itu yang selalu membuatku mengagumimu.                 Ini bukan masalah paras indah, namun ini semua tentang kecantikan hatimu. Tangan kiri yang tak pernah kau biarkan tahu perbuatan tangan kananmu. Meski jelas aku mengetahuinya. Setiap deta

Akhir

Gambar
 “ Waktumu tak akan lama lagi. Mungkin mukjizatlah yang akan membuatmu bertahan setelah hari ini,” begitulah kurang lebih kata-kata yang terlontar dari mulut pria berjas putih dihadapanmu. Bermodalkan secarik kertas diagnosa, dia memvonis umurmu seperti Tuhan saja. Sempat aku dilanda ke khawatiran saat ku tatap wajahmu yang perlahan menunduk. “ Silahkan hidupkan stopwatchmu dan kita lihat berapa juta detik aku masih bisa menghirup oksigen,” kau berlalu dengan percaya dirinya. Senyum yang tersimpul darimu akhirnya meyakinkanku bahwa kau baik-baik saja. Aku sedikit takut dengan perkataan orang itu. Apa mungkin aku akan segera kehilangan dirimu ? Aku tertegun dalam lamunan diatas tumpukan jerami menggambar padang rumput favoritku. Kemudian kau hadir tanpa sedikitpun keraguan. Tak ada satu detikpun terlewatkan oleh bualan manis mu. Kau buat aku yakin bahwa jelas kau tak akan meninggalkanku. Aku tanpamu jelas bagai burung tak bersayap. Kau belai lembut rambutku dengan se

Repost dari rafandha.blogspot.com

(Cerita) Resep Rahasia "Dunia itu seperti papan tulis putih, Bim. Jika ada satu titik hitam di permukaannya, orang akan cenderung melihat itu." Kamu membuka percakapan itu pada satu senja. Hujan dan sepiring nasi goreng yang membuat kita terdampar di sudut warung tenda petang ini. Tidak ada warna jingga, hal romantis juga tiada, tapi perbincangan kita lebih seru dari hal picisan semacam itu. Kita bercerita tentang diri kita masing-masing. Tentang obsesimu untuk jadi sepertiku, dan tentang cerita sunyi obsesiku untuk memilikimu. "Aku ingin jadi penulis." Ya aku tahu. Aku tahu kegemaranmu menulis catatan-catatan kecil di note ponselmu. Bahkan tadi aku curi-curi lihat isinya yang masih sama. Setahun ini setidaknya. "Kenapa?" Sungguh, aku bertanya. Buat apa menjadi seorang penulis yang hanya bisa memainkan kata namun tidak pandai bersuara.  "Jadi sepertimu. Aku ingin jadi sepertimu. Tulisanmu begitu hidup. Aku suka

Mr.Single Bilang Cinta

Gambar
“ Michael…. ,” hiruk pikuk suara siswi SMA Harapan memanggil nama seorang pria idaman yang baru saja memarkirkan motornya. Kibasan rambutnya saja sudah bisa menggetarkan setengah sekolah ini. Jeritan histeris semakin megencang saat dia membuka kacamata hitam yang sendari tadi bertengger di hidung sebagai pelindung dari debu.“ Selamat pagi ladies,” sapa pria itu kepada fans fanatiknya. Namun tak terdengar jawaban apa pun selain,”Aaaaaaaah….,” teriakan kembali dan aku hanya menebar senyum. “ Wooi…,” sepasang tangan mengejutkanku. Ternyata Jeki si keribo dan pacarnya si Tisya – harus ada desisnya yah- ,” Ah kalian mah ngerusak lamunan gue. Gue itu lagi di teriakin sama cewek satu sekolah tau. Michael….Michael,” kataku mempraktekan berteriak histeris. ” Lagian ngelamun pagi-pagi di tengah pintu pula. Gue sama my baby Tisya kan mau lewat,” si keribo mengelus-ngelus rambut pacarnya yang baru dua hari lalu,” Iyaaa… Michael apaan sih.Bangga dong nama Aji yang dikasih dadi lo. Gimana

MENUNGGU by kimi tamora

Gambar
kicau burung menjadi latar ketenangan lukisan jingga tanda kebesaran aku masih disini bertahan hembusan nafas hangatku menyebut namamu deburan ombak memecahkan tangisku ribuan detik aku termangu menantikan kamu bintangku  menunggumu hadir menemani detik terakhirku  supaya tak ada sesal dihidupmu  datanglah temui aku di pantai kerinduanmu

Tarian Siluet Lampau

Gambar
Aku masih di tengah hamparan ilalang yang menguning. Ditemani deru angin dan kicau pipit yang terus menendangkan lagu kenangan. Menggoreskan tinta dengan kuas emas ke atas kanvas. Sesuatu yang tak penah bisa sempurna ku lakukan. Aliran darahku semakin cepat mengikuti ritme jantung yang landa amarah. Ku tatap sejenak sebuah objek vespa tua yang terpampang tepat dihadapanku. Saksi bisu pertengkaran kita dahulu. Perlahan ku tatap langit yang sudah semakin menguning. Menghela nafas panjang diikuti gerakan mata yang memejam. Aku begitu meresapi sore ini. Siluet tawa kita membawaku hanyut dalam kesedihan. Tetes demi tetes air mata jatuh membasahi polesan blush on di pipiku.                 “ Apa ini yang kau inginkan sebenarnya Rey,” bentakku tepat di depan wajahnya. Aku sudah sangat kesal dijadikan bahan percobaan oleh pria sialan ini,” Sekarang kau sudah puas kan. Nikmati saja setiap rupiah yang kau dapat dari tulisan yang aku tulis dengan tulus hanya untukmu,”