Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Ketika Cinta Lebih Indah dari Harapan

Gambar
            “Eh?”             Pensil yang tengah kupegang terlepas. Aku menatap pemuda yang duduk di sampingku dengan raut ketakutan. Perlahan, ku letakkan pensil tepat di dekat buku sketsa.             “Tadi…,” Aku tampak ragu melanjutkan kalimatnya,”Kamu bilang apa?”             Pemuda dihadapanku tampak mengerutkan dahi,”Jadi kamu tak mendengarkanku?”             Tak ada satu kata pun yang keluar dari bibir Nessa. Hanya anggukan tanpa makna. Mataku kembali menatap kosong ke arah sketsa yang sendari tadi kubuat. Goresan di kertas itu benar-benar mengalihkan semua pikiranku. Jelas ini bukan aku. Nessa, gadis yang selalu ceria.             “Apa yang sedang kamu pikirkan, Ness ? Sampai cerita Beni yang kepeleset di tengah lapangan pun gak bisa buat kamu tersenyum. Pasti ada yang kamu sembunyikan. Ngaku aja deh!             Lagi-lagi tak ada jawaban berarti, selain gelengan kepala. Sontak saja, ini membuat Rafa semakin bingung. Segera saja dia meninggalkanku sendirian.

Forty Eight

Gambar
2 Februari 2013 Ruang Tamu Rumahku             Mimpi,harapan dan pencapaian melebur bersama.             Sepasang mata yang beradu, itu mataku dan matamu, mencari sela untuk menemukan penyelesaian dari semua ini. Diruang ini kita menyatukan semuanya. Aku tak berhenti mondar-mandir untuk menyembunyikan kekesalan ini dan kau hanya menatap kaku kearah ubin yang membisu.             “ Kenapa mesti hari ini,Rey ?” kataku memecah kesunyian. Laki-laki itu masih saja menunduk.             ”Karena ini saatnya,Kim. Mengerti keadaanku sekali ini saja,” Mata tajamnya semakin memerah.             Aku berdiri tepat di hadapannya setelah menyingkirkan meja dengan susu panas dan pisang goreng kesukaannya ,”Kita mulai saja semua dari awal lagi.Ku mohon jangan selesaikan semuanya sekarang,” kataku lirih memohon kepadanya.             Helaan nafas panjangnya semakin menyakinkanku bahwa semua ini telah mencapai titik akhir. Laki-laki berkemeja hitam itu menggelengkan kepala,” Ti

Dua Kata Untukmu

Gambar
Bersama diam yang mematri Ketakutan harus ku hadapi Kini saatnya ku lakukan perjalanan ini Bersama malaikat yang ku takuti Mematung bersama kain putih Dari sini ku pandangi Air mata kamu yang meratapi Sungguh tak akan ada gunanya lagi Hanya senyum terakhir yang bisa ku beri Penghormatan atas sakit tak terobati Pengkhianatan cinta sejati Terima kasih ku ucapkan padamu Kekasih sejati yang tak akan menyatu Melalui senyum ini ku kabarkan Betapa bahagia penghidupan masa depan Bukti kata terakhir yang ku tinggalkan                 “Hentikan,Rey. Aku sudah muak dengan tiga katamu itu,”Bentakan pertama ku kepadamu setelah kurang lebih empat tahun kita bersama. Ku benamkan kepalaku disela lutut yang menekuk. Kau masih diam tanpa sedikit pun bantahan sebagai tanda pembelaan. Ini yang selalu membuatku bosan dengan hubungan tanpa perlawanan.Rey mungkin terlalu sabar sehingga setiap kemarahanu hanya ditelan mentah-mentah.                 “ Dengar ini dua

Saksi Penyatuan

Gambar
hanya ilustrasi belaka :) Desiran ombak pantai malam ini menjadi pengiring kegusaran hati. Sesuatu yang pertama kali kurasakan. Jelas ini jauh lebih rumit dibanding rumus simpangan gelombang. Seorang albert einsten saja mungkin akan gundah gulana jika mengalaminya. Pantulan cahaya rembulan di pantai itu seolah cermin wajahmu. Bersinar wajah cantik lengkap dengan sesimpul senyum yang merekah. Kau tak ubahnya seperti bidadari yang Allah kirimkan untukku.                 Saat pertama kalinya ku beranikan diri mengangkat kepala dan menatap wanita,mataku hanya   tertuju padamu. Dibalik hijab biru,kau tersipu malu. Tersenyum menutupi kekaguman pada kaum adam di hadapanmu. Dengan apiknya kau balut rasa yang sebenarnya sama denganku. Itu yang selalu membuatku mengagumimu.                 Ini bukan masalah paras indah, namun ini semua tentang kecantikan hatimu. Tangan kiri yang tak pernah kau biarkan tahu perbuatan tangan kananmu. Meski jelas aku mengetahuinya. Setiap deta