Ketika Cinta Lebih Indah dari Harapan
“Eh?” Pensil yang tengah kupegang terlepas. Aku menatap pemuda yang duduk di sampingku dengan raut ketakutan. Perlahan, ku letakkan pensil tepat di dekat buku sketsa. “Tadi…,” Aku tampak ragu melanjutkan kalimatnya,”Kamu bilang apa?” Pemuda dihadapanku tampak mengerutkan dahi,”Jadi kamu tak mendengarkanku?” Tak ada satu kata pun yang keluar dari bibir Nessa. Hanya anggukan tanpa makna. Mataku kembali menatap kosong ke arah sketsa yang sendari tadi kubuat. Goresan di kertas itu benar-benar mengalihkan semua pikiranku. Jelas ini bukan aku. Nessa, gadis yang selalu ceria. “Apa yang sedang kamu pikirkan, Ness ? Sampai cerita Beni yang kepeleset di tengah lapangan pun gak bisa buat kamu tersenyum. Pasti ada yang kamu sembunyikan. Ngaku aja deh! Lagi-lagi tak ada jawaban berarti, selain gelengan kepala. Sontak saja, ini membuat Rafa semakin bingung. Segera saja dia meninggalkanku sendirian.